Jejak-Jejak Dosa Digital, Dosa yang Ditorehkan di Dunia Maya

Oleh: Thobib Al-Asyhar

Assalamu’alaikum.wr.wb.

Bikinnya mudah, efeknya dahsyat. Sering disengaja, kadang juga tidak. Namanya dosa digital. Yaitu, dosa-dosa yang ditorehkan di dunia maya. Smartphone atau tablet yang setiap saat ada di genggaman kita adalah medianya. Meski benda mati, namun ia selalu “hidup”. Lantaran alat canggih itu, jangan-jangan kita terjerumus dalam lumpur dosa-dosa yang tak terhingga. Dosa di atas dosa.

Dosa yang dianggap remeh temeh, jangan-jangan bisa “mematikan” amal-amal baik kita kelak di akhirat. Apakah kita sadar, bahwa dosa digital tersebut termasuk dosa-dosa adami (dosa karena mendzalimi/menyakiti orang lain)? Ia akan hilang jika obyek-nya memaafkan. Kalau tidak? Tentu akan dibawa mati. Kalau tahu akibatnya, pasti deh semua kita ogah melakukannya, meski sulit.

Jejak-Jejak Dosa Digital

Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah artikel yang juga terkait ini. Judulnya “bangkrut amal gegara medsos”. Aspeknya sama, hanya lokusnye sedikit berbeda. Sebelumnya, saat heboh kasus video mesum artis beken beberapa waktu lalu, saya juga menulis sebuah artikel dengan judul kira-kira begini: viral video porno artis ibarat “wakaf” dosa. Selama video itu disimpan di dunia maya, nyaris sulit dihapuskan, dan selama itu pula dosanya akan terus bertambah. Entah kapan berhenti.
Baca juga: Tatkala Menganggap Diri Lebih Baik dan Benar
Investasi dosa tak bertepi. Di dunia modern sekarang, bukti-bukti digital sangat membantu sebuah pekerjaan. Bahkan untuk mengetahui “watak” seseorang, atau kebiasaan seseorang, maka data-data digital akan sangat membantu untuk urusan ini. Konon, sebuah perusahaan modern, atau lembaga intelijen sudah menggunakan media digital untuk melacak profil seseorang.

Demikian juga perusahaan-perusahaan akan dengan mudah menemukan sejarah hidup seseorang yang akan melamar menjadi karyawannya. Caranya gampang, cukup melacak jejak-jejaknya yang tersimpan di dunia maya. Bukankah setiap kita menggunakan email, login sebuah aplikasi, registrasi, dan sejenisnya hampir pasti mengisi data-data personal. Belum lagi penggunaan media sosial yang kita gunakan setiap harinya. Mungkin kita tidak sadar kalau setiap status, komen, postingan image, video, meme, dan lainnya, akan berdampak bagi orang lain? Jika itu menyinggung orang lain, pasti kenanya dosa.

Bukankah kita sering bercanda, tertawa-tawa dengan postingan? Kalau hal-hal baik, tentu saja tidak. Untuk mengetahui tentang kecenderungan seseorang dalam beragama, misalnya, bisa dilihat status, komen, dan share-nya melalui dunia maya. Demikian juga untuk mengetahui apakah seseorang bijak atau tidak juga bisa melihat apa yang ditinggalkan di dunia digital.

Meski tidak bisa dijadikan fakta kebenaran, namun setidaknya dapat menjadi petunjuk penting. Jika setiap hari kita memasang status, komen, atau share di media sosial yang berisi tentang kebencian atau muatan negatif yang bisa melukai dan menghasut orang atau pihak lain, berapa banyak dosa-dosa yang telah kita perbuat? Berapa bayak orang yang sakit hati karena ulah kita? Mari kita hitung sekarang, berapa amal yang kita perbuat setiap harinya? Satu aspek penting dari kekhasan dunia digital adalah “sharing”. Ini kuncinya.

Kasus Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga yang pernah masuk penjara gegara email keluhan yang menyudutkan seorang dokter yang menanganinya. Dia dijerat oleh UU tentang ITE. Demikian juga yang menjerat seorang Ahok dan Buni Yani, yang menghebohkan. Semua itu terkait dengan dunia digital, terlepas pro dan kontra. Perilaku “dosa digital” makin mengembangbiak saat Pilpres tahun 2014. Ada tokohnya. Ada motornya malah.

Kebiasaan itu makin mengkristal ketika mencuat kasus Al-Maidah 51, hingga kini. Hampir semua pengguna medsos melontarkan pendapatnya di dunia maya. Setiap orang bisa membuat berita, info, gambar, video, sesuai kepentingannya dan dishare tergantung “udelnya”.

Lebih parah lagi, makian di dunia maya semakin menjadi-jadi, bahkan ditujukan kepada tokoh agama (ulama). Orang bilang, sekarang darurat moral! Nah, bagi yang biasa membuat status, komen, posting info-info hoax, gambar-gambar atau video penghinaan, candaan, pelecehan, dan seterusnya, apakah sadar bahwa itu berdampak dosa multi-level marketing? Dosa beruntun dan dosa arisan.
Artikel menarik lainnya: Kisah Orang Tekun Ibadah yang Masuk Neraka
Dosa yang tiada batas, karena sekali cacian dan dishare akan menyebar menjadi puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan dosa. Apalagi jika sudah mengatasnamakan keyakinan atau akidah, sering “lupa” cara-caranya justru bertentangan dengan nilai-nilai luhur.

Dalam Islam, membicarakan keburukan orang lain saja sama dengan makan daging temennya sendiri hidup-hidup. Artinya, orang yang “hobby” tebar kebencian persis kayak kanibal. Itu di dunia nyata. Bagaimana jika di dunia maya yang berisi postingan atau komen mengandung hasutan. Subhanallah. Sebuah amalan hina yang menakutkan.

Zaman media sosial (medsos) seperti sekarang, orang bilang zaman edan. Zaman dimana kebenaran dan kebatilan sulit dibedakan. Yang benar bisa salah, yang salah bisa dianggap benar. Tidak ada filter yang cukup memadai untuk menyaring kualitas kebenarannya. Hanya satu yang bisa melindungi kita, yaitu iman yang dibantu oleh nurani. Jika kita menggunakan dunia maya, atau bermedsos tanpa “iman”, maka bersiap-siaplah kelak amal baik dan buruk tidak seimbang di akhirat gegara medsos.

Kebencian atau info hoax yang dishare di dunia digital, nyaris seperti catatan malaikat pencatat amal yang lengkap merekamnya. Kita nanti hanya bisa menyesal karena kekurangpedulian dan kekurangpahaman soal ini.

Jadi, mari kita gunakan media sosial dan dunia maya umumnya secara sehat. Jangan gunakan dunia maya untuk agitasi. Menebar kebencian kepada orang lain. Berbagi dosa kepada khalayak. Nasib kita sangat mungkin ditentukan oleh gerak-gerik jari-jari kecil kita. Saatya kita hentikan sekarang!   Wallhu a’lam. Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Sumber: http://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/jejak-jejak-dosa-digital

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jejak-Jejak Dosa Digital, Dosa yang Ditorehkan di Dunia Maya"

Post a Comment