Guru Sudah Mulai Kehilangan Spirit Education
Assalamu'alaikum.wr.wb.
"Dulu, di pesantren diajarkan likulli syaiin zakatun,
wazakatul ilmi attarbiyah, bahwa zakatnya ilmu adalah mengajar. Ironisnya,
sekarang ini banyak guru yang tidak sibuk mengajar akan tetapi terlena dengan
berkas-berkas sertifikasi. Walhasil mereka terdegradasi spirit keihlasannya, terjebak
oleh sistem standarisasi," ucap Sekretaris Ditjen Pendis di Aula P3M (Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) Jakarta, Rabu (18/11/15) malam.
Ilustrasi Guru |
Dari
hiruk pikuknya berbagai fasilitas negara untuk para guru, mulai dari BOS, tunjangan fungsional, tunjangan sertifikasi/profesi pendidik (TPP), ternyata masih ada
dan masih banyak pendidik yang tidak terlena oleh berbagai macam tunjangan.
"Para guru ngaji dan pengajarTPA/TPQ di pelosok nusantara, jangankan
mendapat tunjangan dari pemerintah, mendapat gaji bulanan pun juga tak pernah
didapat.
Mereka mengajar dengan penuh keikhlasan, para murid pun tidak
dikenakan biaya sepeserpun. Inilah potensi keikhlasan yang dimiliki Kementerian
Agama," kata Isom Yusqi.
Para guru
sekarang, kata arek Jawa Timur ini, sudah tergerogoti oleh jiwa tidak ikhlas,
dibelenggu oleh kekuatan positivistik. Sertifikasi yang masif secara nasional
akhirnya malah tidak menemui kejelasan eksistensinya. "Khalayak akhirnya
bingung karena guru yang disertifikasi dan tidak, kualitasnya sama, bahkan
tidak ada peningkatan kapasitas keilmuan apalagi profesionalismenya,"
sesal Isom.
Akhirnya,
muncullah program baru yang belum tentu bagus juga, yaitu Uji Kompetensi Guru
(UKG) yang tujuannya adalah guru yang baik semakin baik, yang tidak baik
menjadi baik. "Namun program ini belum tentu akan menyelesaikan masalah,
malah ada istilah "kalau proyek itu bagus maka bisa menambah proyek anakan
lagi, proyek lama kemudian ada proyek baru lagi," kata mantan Kasubdit
Ketenagaan Diktis ini.
Dalam
diskusi bareng dengan Kementerian Agama dengan Network for Education Watch
Indonesia (NEW Indonesia), serta Civil Society Education Fund (CSEF)
tersebut, Guru Besar IAINTernate ini juga menyinggung kehadiran negara
yang hanya mengurusi pada aspek formal pendidikan belaka. "Padahal negara
harus hadir di semua aspek," kata Isom Yusqi.
Wajar
Dikdas 12 tahun yang akan digodok misalnya, ternyata ukurannya sangat
kualitatif dan formal. Anggaran besar untuk pembangunan gedung, meubeler,
peningkatan kualifikasi guru adalah tolok ukurnya. "Seharusnya bisa
mengukur kepada hal-hal yang non-formal, bahwa proses belajar tidak harus di
balik tembok. Yang paling penting adalah pemberian rekognisi, pengakuan pada
kompetensinya," tegas Isom Yusqi. (pendis-kemenag).
Wassalamu'alaikum.wr.wb.
Wassalamu'alaikum.wr.wb.
0 Response to "Guru Sudah Mulai Kehilangan Spirit Education"
Post a Comment