Menag: Negara dan Agama Saling Membutuhkan
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Menteri
Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut bahwa negara dan agama saling
membutuhkan. Keduanya menjalin hubungan yang saling menguntungkan atau
simbiosis mutualisme, agama memerlukan negara, negara pun butuh agama.
"Agama
memerlukan negara, karena melalui dukungan dan fasilitasi negara, nilai-nilai
agama bisa dibumikan dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakatnya.
Negara juga membutuhkan agama, karena para penyelenggara negara dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, membutuhkan spiritualitas, religuisitas,"
terang Menag.
Pesan ini
disampaikan Menag saat berbicara di hadapan seratusan tokoh lintas agama, pada
acara Silaturahim Menkopolhukam dengan tokoh-tokoh lintas agama di Kantor
Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (21/11)."Penyelenggara negara mempunyai
pemaknaan terhadap pelaksanaan kewajibannya. Inilah salah satu ciri khas
Masyarakat Indonesia yang religius," tambahnya
Selain
simbiosis mutualisme, lanjut Menag, hubungan negara dan agama juga saling
mengimbangi dan mengontrol. Jika ada penyimpanan kekuasaan, maka agama akan
berbuat sesuatu agar negara bekerja dengan baik kembali. Negara juga juga
mengontrol praktek-praktek keagamaan.
Baca juga: Ini Penjelasan Kemenag Soal Terjemahan Awliya sebagai 'Teman Setia'
"Sejarah
mencatat, agama mayoritas cenderung represif terhadap minoritas. Nah, di
sinilah, negara hadir dan diperlukan," kata Menag.
Menag
berharap, masyarakat bisa menjadikan musyawarah sebagai solusi utama setiap
kali menghadapi masalah. Jika musyawarah gagal, maka penyelesaian melalui hukum
yang berlaku.
Hal ini berlaku juga dengan kasus yang menimpa Ahok. Menurutnya, jika silang sengketa tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah, maka biarkan jalur hukum sebagai penyelesai. Untuk itu, diperlukan kearifan dan kedewasaan kita dalam bersepakat dengan hukum.
"Mari
kita kawal bersama, agar proses hukum yang berjalan mampu memenuhi rasa
keadilan kita semua," harapnya.
Sementara
itu, Menkopolhukam Wiranto yang menutup Silaturahim menyatakan, perbedaan
adalah fitrah manusia. Untuk itu, yang diperlukan adalah bagaimana perbedaan
itu dikemas dalam bingkai kebersamaan denan proses komunikasi. "Para
sesepuh kita mengajarkan, bahwa kebijakan yang benar-benar bijak adalah
memahami perbedaan," tegas Menko
Dalam
silaturahim tersebut, hadir 6 agama resmi dalam berbagai komunitasnya.
Silaturahim ini bertujuan meminta masukan dan buah pikir dari para tokoh lintas
agama agar pemerintah mampu mengambil kebijakan adil, agar negeri tercinta
tetap tenang dan damai.
Sekian,
wassalamu’alaikum.wr.wb
0 Response to "Menag: Negara dan Agama Saling Membutuhkan"
Post a Comment