Wahai Istri! Lelahmu adalah Jihadmu
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Raut
mukanya terlihat lelah, sejak suaminya datang dari kantor, Fatimah masih
bekerja merawat anak-anaknya dan pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci baju
dan menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya untuk makan malam bersama.
Namun Fatimah tidak mengeluh, dia tetap senyum bahagia melayani anak dan
suaminya.
Image: Deviantart/Dilasude |
Suatu hari suami Fatimah menawarkan pembantu pada istrinya untuk mengurangi beban kerja rumah tangganya, Fatimah menolak dan berkata: “saya melayanimu mas dan menyelesaikan kebutuhan rumah tangga, hanya untuk mencari ridlo Allah. Orang tuaku memberi namaku seperti nama putri RasuluLLah, tentu ingin aku bisa meniru perilakunya, dan beliau tidak pernah menggunakan jasa pembantu.”
Tentu
boleh mempunyai pembantu, berbagi rezeki dengan orang lain dengan memberi
pekerjaan kepada mereka. Tentulah mulia memperkerjakan pembantu dengan niatan
berbagi rezeki. Namun RasuluLlah pernah bersabda :
ما كانت ولا تكون من امرأة ترفع من بيت زوجها شيئا
أو تضعه تريد بذلك الإصلاح إلا نظر الله اليها
"Tiadalah
seorang perempuan mengangkat atau meletakkan sesuatu dirumah suaminya dengan
niat merawat dan memperbaiki urusan rumah tangga kecuali Allah akan melihatnya
dengan pandangan kasih."
Saat
Fatimah putri Nabi memperlihatkan tangan-tangannya yang kasar dan pecah akibat
pekerjaan rumah tangga, Nabi mengajari Fatimah membaca, ShubhanaLLah 33 kali,
Alhamdulillah 33 kali, Allahu akbar 33 x sebelum tidur agar saat bangun kembali
bugar dan ringan bekerja, dan itu lebih baik dari berpangku tangan pada
pembantu.
Istri-istri
RasuluLlah sendiri tidak berpangku tangan dalam rumah tangga, Imam Muhammad Ibn
Abdurrahman al Habasyi dalam kitab al Barakah fi Fadli al Sa’yi wa al Harakah
halaman 53 menceritakan bagaimana Jibril mengirimkan salam dan janji surga dari
Allah untuk Sayyidah Khadijah karena kerja kerasnya dalam melayani Nabi Muhammad
selaku suami.
Baca juga: Bercanda Ala Rasulullah SAW, Mengapa Tidak?
Sayyidah
Aisyah sendiri bercerita bahwa tiada makanan yang melebihi kenikmatan makanan
buatan Sayyidah Hafsah, begitu juga Sayyidah Zainab Ibn Jahsin seorang yang
ringan tangan dalam beramal dan gemar bersedekah.
Siapa
lagi teladan para muslimah yang patut dicontoh selain istri-istri RasuluLlah?
Bolehlah ada pembantu, tetapi tegakah bila pahala ibadah, pahala jihad bagi
para isteri shalihah yang melayani suaminya tercerabut.
Maka
berpangku tangan kepada pembantu bukanlah sikap yang baik, jadikan pembantu
hanya sekedar membantu, bukan pemain utama dalam urusan rumah tangga. Bila
suami puas terhadap masakan di rumah, kepada siapa dia lebih disuka mengucap
terima kasih dan pujian, kepada isteri ataukah kepada pembantu? wAllahu A’lam. #bimasislam.kemenag.go.id
Sekian,
wassalamu’alaikum.wr.wb.
pekerjaan seorang istri kelihatannya sepele tapi capenya melebihi kerja suami.
ReplyDeletesaya sendiri kalo lagi gantiin jaga anak sebentar aja udah cape,apalagi istri jagain anak seharian+kerjaan rmah tangga lainnya...
Iya Mas Kholik Subaedi. Memang sebagai suami kita juga harus tanggap dengan keadaan istri, dalam artian saling bekerja sama di rumah terutama jika mempunyai anak kecil. Apalagi saat istri sibuk-sibuknya mengurus rumah.
DeleteSaya sendiri juga mempunyai anak kecil yang masih berumur 26 bulan. Bahkan sering kalau ibunya repot ngurus rumah, sikecil saya ajak ke tempat kerja. Kebetulan rumah juga dekat dengan tempat kerja.