Nenek Ponirep, Naik Haji dari Hasil Nabung Jualan Daun Pisang Selama 20 Tahun
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Tidak
mudah baginya bisa menyandang status CJH. Sebab selama 20 tahun, ia dengan
gigih menabung untuk menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut. Uang tabungan
itu didapatnya dari berjualan daun pisang.
@Alam Islam/Radar Lampung/JPNN.com |
Sebagaimana diberitakan Radar Lampung (Jawa Pos Group) saat menyambangi kediamannya yang hanya berukuran 6 x 9 meter kemarin (22/8), Nenek Ponirep tengah berada di samping rumah. Kala itu, ia sedang mengambil daun pisang menggunakan galah yang ujungnya terpasang pisau. Di pekarangan itu terlihat 15 batang pohon pisang berdiri.
Ibu empat
anak ini memang sejak 1965 tinggal di rumah tersebut. Suaminya sejak 12 tahun
lalu sudah meninggal dunia. Di rumah itu, ia tinggal bersama anak
bungsunya.
Usai mengambil daun pisang, Ponirep memotong daun tersebut dari tangkainya dan disusun menjadi beberapa bagian. Daun pisang itu lantas dijualnya ke Pasar Sidomulyo yang dititipkan kepada kerabatnya.
Usai mengambil daun pisang, Ponirep memotong daun tersebut dari tangkainya dan disusun menjadi beberapa bagian. Daun pisang itu lantas dijualnya ke Pasar Sidomulyo yang dititipkan kepada kerabatnya.
Dari
hasil penjualan daun pisang itu, Ponirah mendapatkan uang sekitar Rp 10 ribu
hingga Rp 20 ribu per hari. Setengah dari hasil penjualan daun pisang langsung
ditabungkannya.
’’Sudah
lama saya menabung untuk naik haji. Sekitar 20 tahun. Dari hasil jual daun
pisang ini saya sisihkan,” kata Ponirep.
Dia mengaku sudah puluhan tahun ingin naik haji. Namun dikarenakan uang yang dimiliki belum cukup, ia menabung sedikit demi sedikit ’’Supaya selamat dunia-akhirat dengan menuntaskan rukun Islam yang kelima,” kata nenek yang bahasa Indonesia-nya kurang lancar ini.
Dia mengaku sudah puluhan tahun ingin naik haji. Namun dikarenakan uang yang dimiliki belum cukup, ia menabung sedikit demi sedikit ’’Supaya selamat dunia-akhirat dengan menuntaskan rukun Islam yang kelima,” kata nenek yang bahasa Indonesia-nya kurang lancar ini.
Baca juga: Saudi Panas, Jemaah Diimbau Biasakan Diri Minum Air Putih
Sumijo
(54), anak kedua Ponirep, mengatakan, ibunya menabung selama ini tanpa
diketahui anak dan cucu-cucunya. Bahkan, dia mengaku sempat kaget saat empat
tahun lalu diminta ibunya untuk mendaftarkan naik haji.
’’Saya
tahunya 4 tahun lalu Mas, ibu meminta saya untuk mengantarkannya mendaftar naik
haji. Saya sempat heran, dari mana dia dapat uang. Ternyata selama ini ibu
menabung,” kata Sumijo kemarin.
Sejak
saat itu, sambung Sumijo, ibunya terus menitipkan uang kepadanya untuk ditabung
di bank buat membayar haji. ’’Ibu orangnya tertutup. Saya tidak boleh
menceritakan ke siapa-siapa kalau ibu mau naik haji,” tuturnya.
Sedangkan
Tukimin Hidayat (30) mengatakan, sang nenek hanya sendirian naik haji. Tidak
ada satu pun keluarganya yang menemani. Dia mengatakan, neneknya hanya ikut
yayasan.
’’Jadi
kami sekeluarga sudah ikhlas jika terjadi sesuatu dengan nenek,” ucapnya.
Kades
Sidomulyo Sutanto mengatakan, Ponirep merupakan CJH tertua dari Lamsel. Menurut
dia, dari kisah Ponirep ini membuktikan bahwa tidak hanya orang kaya yang dapat
naik haji, tetapi orang miskin pun dapat melaksanakannya dengan tekad yang
kuat.
’’Ini
menjadi pembelajaran bagi kita semua, Nenek Ponirep yang menabung dengan
sungguh-sungguh dapat naik haji,” ucapnya.
Kendati
sudah berumur 90 tahun, semangatnya masih terlihat jelas untuk menunaikan haji
tahun ini. Buyut dari 7 cicit ini mengatakan selain untuk mencari kebahagiaan
di akhirat nanti, di Tanah Suci ia akan mendoakan semua orang yang membantunya
untuk bisa naik haji.
Saat
ditemui Radar Lampung, Mbah Ponirep terlihat sedang melakukan Shalat Ashar.
“Ketika
di tanah suci nanti, InsyaAllah Saya akan berdoa untuk keselamatan dunia
akhirat, untuk suami saya yang sudah meninggal, untuk anak-anak agar sukses,
dan juga untuk semua yang telah membantu saya, semoga bisa naik haji juga”
ujarnya pada Radar di kamar 1 gedung 1 Asrama Haji Rajabasa, Selasa (23/8).
Di Tanah
Suci, ia juga akan mendoakan tetangganya yang mengalami kelumpuhan, dan
orang-orang yang mengadakan pengajian untuk almarhum suaminya. “Doakan saya
juga agar kuat ketika melakukan rangkaian haji nanti, saya sudah pasrah sama
Allah, semoga diberikan kekuatan,” ujarnya.
Info lainnya: Tips Menghadapi Cuaca Ekstrim di Madinah
Ia yang
naik haji sendirian tanpa ditemani keluarganya ini mengaku tidak membawa barang
banyak. Hanya beberapa helai baju, pakaian ihrom, peralatan mandi dan obat
untuk kakinya yang terkadang merasa linu ketika berjalan.
“Saya
punya sedikit katarak dan pendengaran yang kurang jelas, ini cuma bawa obat
tablet untuk kaki yang kadang linu. Kemarin dibelikan sama anak ada beberapa
pack obat itu dan vitamin untuk di Tanah Suci,” jelasnya.
Selain
obat tablet satu jenis untuk kakinya, ia juga sudah disuntik di bagian
jari-jari kaki untuk mengatasi sakit kakinya yang kadang kambuh itu.
Dia
berjalan dengan pelan dan ketika melewati lorong kamar harus berpegangan pada
tembok. Kadang ia meminta bantuan untuk membawakan tas hajinya. Namun ia
mengaku cukup kuat untuk melakukan tawaf nanti di Tanah Suci.
“Ya
pelan-pelan thawaf nya, semoga kuat dan diberi kesehatan terus,” pungkasnya. (yud/p2/c1/whk/sam/jpnn)
*Semoga
sehat selalu ya Nek.....
Sekian,
wassalamu’alaikum.wr.wb.
Sumber:
jpnn.com
0 Response to "Nenek Ponirep, Naik Haji dari Hasil Nabung Jualan Daun Pisang Selama 20 Tahun"
Post a Comment